4 Juni 2011

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA



I.  UMUM

Salah  satu  tujuan  bernegara  yang  tercantum  dalam  Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah
mencerdaskan  kehidupan  bangsa.  Upaya  untuk  mencerdaskan
kehidupan  bangsa  tersebut  dapat  dilakukan  melalui  pendidikan.
Pendidikan  kepramukaan  merupakan  salah  satu    pendidikan
nonformal  yang  menjadi  wadah  pengembangan  potensi  diri  serta
memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup untuk
melahirkan kader penerus perjuangan bangsa dan negara. Di samping
itu,  pendidikan  kepramukaan  yang  diselenggarakan  oleh  organisasi
gerakan  pramuka  merupakan  wadah  pemenuhan  hak  warga  negara
untuk  berserikat  dan  mendapatkan  pendidikan  sebagaimana
tercantum dalam Pasal 28, Pasal 28C, dan Pasal 31 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Gerakan  pramuka  yang  pada  masa   pemerintahan  Hindia  Belanda
tahun  1912  disebut  kepanduan  terus  berkembang  dalam  dinamika
politik  didasari  oleh  politik  yang  memecah  belah  bangsa.  Namun
kegiatan kepanduan di tanah air tetap memiliki komitmen yang sama
yaitu menentang kebijakan pemerintahan kolonial Hindia Belanda dan
berjuang  menuju  Indonesia  merdeka.  Sejarah  mencatat  bahwa 
gerakan  kepanduan melahirkan  sikap  patriotisme  kaum muda  yang
pada  muaranya  mematangkan  momentum  sumpah  pemuda              
28  Oktober  1928  dan  proklamasi  kemerdekaan  Republik  Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945.  


Setelah  kemerdekaan  Presiden  Republik  Indonesia  Soekarno
mengumpulkan  60  (enam  puluh)  organisasi  kepanduan  untuk
dikonsolidasikan  menjadi  kekuatan  pembangunan  nasional.  Untuk
itu,  Presiden  mengeluarkan  Keputusan  Presiden  Nomor  238             
Tahun 1961  tentang Gerakan Pramuka  yang  intinya membentuk dan
menetapkan  gerakan  pramuka  sebagai  satu-satunya  perkumpulan
yang memiliki kewenangan menyelenggarakan pendidikan kepanduan
di Indonesia.
Perkembangan  gerakan  pramuka mengalami  pasang  surut  dan  pada
kurun  waktu  tertentu  kurang  dirasakan  penting  oleh  kaum  muda.
Akibatnya,  pewarisan   nilai-nilai  yang  terkandung  dalam  falsafah
Pancasila  dalam  pembentukan  kepribadian  kaum  muda  yang
merupakan  inti  dari  pendidikan  kepramukaan  tidak  optimal.  Pada
waktu yang bersamaan dalam tatanan dunia global bangsa dan negara
membutuhkan  kaum  muda  yang  memiliki  rasa  cinta   tanah  air,
kepribadian  yang  kuat  dan  tangguh,  rasa  kesetiakawanan  sosial,
kejujuran,  sikap  toleransi,  kemampuan  bekerja  sama,  rasa  tanggung
jawab, serta kedisiplinan untuk membela dan membangun bangsa.
Dengan  menyadari  permasalahan  yang  digambarkan  di  atas,  pada
peringatan  ulang  tahun  gerakan  pramuka  14  Agustus  2006
dicanangkan  revitalisasi  gerakan  pramuka.  Momentum  revitalisasi
gerakan  pramuka  tersebut  dirasakan  sangat  penting  dalam  upaya
pembangunan  kepribadian  bangsa  yang  sangat  diperlukan  dalam
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan zaman.
Undang-undang  tentang Gerakan  Pramuka  disusun  dengan maksud
untuk  menghidupkan  dan  menggerakkan  kembali  semangat
perjuangan  yang  dijiwai  nilai-nilai  Pancasila  dalam  kehidupan
masyarakat yang beraneka ragam dan demokratis. Undang-undang ini
menjadi  dasar  hukum  bagi  semua  komponen  bangsa  dalam
penyelenggaraan  pendidikan  kepramukaan  yang  bersifat  mandiri,
sukarela, dan nonpolitis dengan semangat Bhineka Tunggal Ika untuk
mempertahankan  kesatuan  dan  persatuan  bangsa  dalam  wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang  ini menegaskan  Pancasila merupakan  asas  gerakan
pramuka  dan  gerakan  pramuka  berfungsi  sebagai  wadah  untuk
mencapai  tujuan  pramuka  melalui  kegiatan  kepramukaan  yaitu
pendidikan  dan  pelatihan,  pengembangan,  pengabdian  masyarakat
dan  orang  tua,  serta  permainan  yang  berorientasi  pada  pendidikan.
Selanjutnya,  tujuan  gerakan  pramuka  adalah  membentuk  setiap
pramuka  agar  memiliki  kepribadian  yang  beriman,  bertakwa,
berakhlak mulia, berjiwa patriotik,  taat hukum, disiplin, menjunjung
tinggi nilai-nilai  luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai
kader  bangsa  dalam  menjaga  dan  membangun  Negara  Kesatuan
Republik  Indonesia,  mengamalkan  Pancasila,  serta  melestarikan
lingkungan hidup.
Dengan mengacu fungsi dan tujuannya, Undang-Undang ini mengatur 
aspek  pendidikan  kepramukaan,  kelembagaan,  tugas  dan  wewenang
Pemerintah  dan  pemerintah  daerah,  hak  dan  kewajiban  para
pemangku kepentingan, serta aspek keuangan  gerakan pramuka.

II.  PASAL DEMI PASAL

Pasal 1  
  Cukup jelas.

Pasal 2  
      Cukup jelas.    

Pasal 3  
      Cukup jelas.

Pasal 4  
      Cukup jelas.

Pasal 5  
      Cukup jelas.  


Pasal 6  
      Cukup jelas.

Pasal 7  
  Ayat (1)
    Cukup jelas.

  Ayat (2)
    Cukup jelas.

  Ayat (3)
    Huruf a
      Cukup jelas.
    Huruf b
Yang  dimaksud  “belajar  sambil  melakukan”  adalah
berusaha  mengetahui  sesuatu  dan  memperoleh  ilmu
pengetahuan yang dikerjakan dalam waktu bersamaan
dengan mempraktikan hasil yang diperoleh.
    Huruf c
      Cukup jelas.
    Huruf d
Yang  dimaksud  “kegiatan  yang  menantang”  adalah
aktivitas  yang  menggugah  tekad  untuk  mengatasi
masalah.
      Huruf e
Cukup jelas.
    Huruf f
Cukup jelas.
    Huruf g
Cukup jelas.
    Huruf h
Cukup jelas.



Pasal 8  
Cukup jelas.

Pasal 9  
Cukup jelas.
  
Pasal 10  
  
Ayat (1)
Sistem  Among  yang  diterapkan  dalam  pendidikan  gerakan
pramuka diangkat dari prinsip kepemimpinan  yang berakar
dari nilai luhur budaya bangsa. 
  
  Ayat (2)
    Cukup jelas.
  
  Ayat (3)
    Huruf a
Prinsip  kepemimpinan  “di  depan  menjadi  teladan”
dikenal juga dengan istilah ing ngarsa sung tuladha.
    Huruf b
Prinsip  kepemimpinan  “di  tengah  membangun
kemauan”  dikenal  juga  dengan  istilah  ing  madya
mangun karsa.
Huruf c
Prinsip  kepemimpinan  “di  belakang  mendorong  dan
memberikan  motivasi  kemandirian”  dikenal  juga
dengan istilah tut wuri handayani.   

Pasal 11  
  Cukup jelas.

Pasal 12   
  Huruf a
Jenjang  pendidikan  siaga menekankan  pada  terbentuknya
kepribadian,  dan  keterampilan  di  lingkungan  keluarga
melalui kegiatan bermain sambil belajar.
  Huruf b
Jenjang  pendidikan  penggalang  menekankan  pada
terbentuknya  kepribadian  dan  keterampilan  dalam  rangka
mempersiapkan  diri  untuk  terjun  dalam  kegiatan
masyarakat melalui kegiatan belajar sambil melakukan.
  Huruf c
Jenjang  pendidikan  penegak  menekankan  pada
terbentuknya kepribadian dan keterampilan agar dapat ikut
serta  membangun  masyarakat  melalui  kegiatan  belajar,
melakukan, bekerja kelompok, dan berkompetisi.
  Huruf d
Jenjang  pendidikan  pandega  menekankan  pada
terbentuknya kepribadian dan keterampilan agar dapat ikut
serta  membangun  masyarakat  melalui  kegiatan  kepada
masyarakat.
Pasal 13  
  Ayat (1)
    Cukup jelas.

  Ayat (2)
    Huruf a
Pramuka siaga berusia 7 sampai dengan 10 tahun.
      Huruf b
Pramuka  penggalang  berusia  11  sampai  dengan               
15 tahun.
    Huruf c
Pramuka penegak berusia 16 sampai dengan 20 tahun.


    Huruf d
      Pramuka pandega berusia 21 sampai dengan 25 tahun.
  
  Ayat (3)
    Cukup jelas.

Pasal 14  
  Ayat (1)
    Huruf a
Yang  dimaksud  dengan  “pembina”  adalah  tenaga
pendidik  gerakan  pramuka  yang  bertugas  melatih
peserta didik di gugus depan.

      Huruf b
Yang  dimaksud  dengan  “pelatih”  adalah  tenaga
pendidik  gerakan  pramuka  yang  bertugas  melatih
pembina.

       Huruf c
  Yang  dimaksud  dengan  “pamong”  adalah  tenaga
pendidik  gerakan  pramuka  yang  bertugas  mendidik
peserta didik pada satuan karya pramuka (saka).

      Huruf d
    Yang  dimaksud  dengan  “instruktur”  adalah  tenaga
pendidik  gerakan  pramuka  yang  memiliki
keahlian/keterampilan  khusus  kesakaan  yang
mendidik  peserta  didik  dan  pamong  di  satuan  karya
gerakan pramuka

  Ayat (2)
Standar  tenaga pendidik disusun dan ditetapkan oleh pusat
pendidikan dan pelatihan nasional gerakan pramuka.


  Ayat (2)
    Cukup jelas.
     
Pasal 21  
  Cukup jelas.    

Pasal 22  
  Cukup jelas.
 
Pasal 23  
    Dalam  setiap  kwartir  dibentuk  dewan  kerja  sebagai  badan
kelengkapan kwartir.
 
Pasal 24  
  Cukup jelas.    

Pasal 25  
  Cukup jelas.

Pasal 26  
  Cukup jelas.  

Pasal 27  
  Cukup jelas.

Pasal 28  
  Cukup jelas.

Pasal 29  
  Cukup jelas.
 
Pasal 30  
  Cukup jelas.

Pasal 31
  Cukup jelas.

Pasal 32
  Cukup jelas.

Pasal 33
  Cukup jelas.

Pasal 34
  Cukup jelas.

Pasal 35
  Cukup jelas.
   
Pasal 36
  Cukup jelas.

Pasal 37
  Cukup jelas.
 
Pasal 38
  Cukup jelas.

Pasal 39
  Cukup jelas.

Pasal 40
  Cukup jelas.

Pasal 41
  Cukup jelas.

Pasal 42
  Cukup jelas.

Pasal 43
  Cukup jelas.

Pasal 44
  Cukup jelas.

Pasal 45
  Cukup jelas.

Pasal 46
  Cukup jelas.

Pasal 47
  Cukup jelas.
     
Pasal 48
  Cukup jelas.

Pasal 49
  Cukup jelas.


TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5169

www.djpp.depkumham.go.id
depkumham.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar